Selasa, 15 November 2011

siraman rohani hindu (PANDEHAN)


 PANDEHEN / DHARMA WACANA
MAKNA SANGKU TAMBAK RAJA DALAM UPACARA PERSEMBAHYANGAN BASARAH



Tabe salamat Lingu Nalatai Salam Sujud Karendem Malempang
Bapak-Bapak,Ibu-Ibu dan Saudara dalam kasih Ranying Hatalla Langit
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas perkenan bapak/ibu/suadara meminta saya untuk menyampaikan pandehen / dharma wacana  dengan topik Makna sangku Tambak Raja Dalam Upacara Persembahyangan Basarah.
Bapak-bapak, ibu-ibu umat sedharma yang berbahagia.
Agama Hindu Kaharingan yang didalam penyebaran agamanya memiliki dimensi  yang sangat luas serta fleksibel dan didalam perkembangannya selalu diikuti dengan Desa, Kala dan Patra yang berarti selalu menyesuaikan dengan tempat, waktu dan keadaan dimana umat Hindu Kaharingan itu berada, tumbuh dan berkembang dalam menjalankan kehidupan beragamanya. Dengan demikian tidak heran jika disetiap daerah didalam umat Hindu Kaharingan menjalankan ritual agamanya terdapat perbedaan-perbedaan  dari segi wujud  dan sifat pelaksanaannya, namun pada prinsipnya,  inti maksud dan tujuannya adalah sama yaitu mencapai suatu kebaikan (dharma). Dalam keberagaman tersebut bukan berarti agama Hindu Kaharingan didaerah yang satu dengan yang lain adalah berbeda. Satu hal yang mencirikan agama Hindu adalah terdapatnya konsep Tri Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu Tattwa (Ketuhanan), Etika (aturan tingkah laku), dan Upacara (ritual keagamaan).
Khusus umat Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah didalam mendekatkan dirinya dengan Ranying Hatalla Langit mengenal suatu upacara persembahyangan yang disebut dengan “BASARAH ”.  Umat Hindu Kaharingan di kabupaten Katingan juga mengenal kegiatan persembahyangan yang disebut juga dengan istilah BASARAH.
Agama Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah didalam mendekatkan dirinya dengan Ranying Hatalla Langit yaitu  melaksanakan persembahyangan Basarah. Yang mana Basarah artinya menyerahkan segalanya kepada Sang Pencipta Ranying Hatalla Langit agar didalam kita menjalani kehidupan  di dunia (lewu injam tingang) selalu disertai dan diberkati oleh Ranying Hatalla Langit.
Dalam upacara persembahyangan basarah haruslah dilaksanakan oleh seluruh umat Hindu Kaharingan yaitu dengan susunan basarah sebagai berikut :
  1. Mangaru Sangku Tambak Raja
  2. Doa Pembuka Basarah
  3. Kandayu Manyarah Sangku Tambak Raja
  4. Mabaca Pampeteh Ranying Hatalla Huang Panaturan
  5. Kandayu Mantang Kayu Erang
  6. Pandehen
  7. Kandayu Parawei
  8. Doa Kahapus Basarah
  9. Mambuwur behas hambaruan
Adapun sarana yang dipergunakan dalam persembahyangan basarah adalah :
  1. Sangku
  2. Behas
  3. Dandang Tingang
  4. Sipa (Giling Pinang) dan Ruku (Rukun Tarahan)
  5. Duit Singah Hambaruan
  6. Behas Hambaruan
  7. Undus Tanak
  8. Tampung Tawar
  9. Parapen/garu,manyan
  10. 10. Benang Lapik Sangku
  11. Tanteluh Manuk

12. Kambang
Bapak-bapak , ibu-ibu umat sedharma yang saya hormati
Didalam kegiatan persembahyangan basarah ini intinya adalah menyerahkan persembahyangan Basarah suci Sangku Tambak Raja beserta segala isinya kepada Ranying Hatalla Langit melalu persembahyangan basarah, kemudian kita memohon  kepada Ranying Hatalla Langit agar dapat memberikan sinar suci kekuatanNya bagi kehidupan manusia agar menjalani kehidupan ini selalu mendapatkan bimbingan  menuju kejalan yang benar dan selalu mendapatkan berkat dan anugrah dariNya. Hal ini dapat kita lihat didalam kegiatan persembahyang Basarah yaitu pada saat Manggaru Sangku Tambak Raja  yaitu intinya adalah memberikan suatu keharuman Sangku Tambak Raja yang akan diserahkan kepada Ranying Hatalla Langit agar kegiatan Basarah tersebut akan mendapatkan berkah dan rahmad dariNya.
Pada pelaksanaan persembahyangan basarah , seperti yang tertuang diatas tadi yaitu berupa sarana  yang digunakan tentunya mempunyai makna yang harus diketahu oleh umat Hindu Kaharingan yaitu :

1.    SANGKU
Sangku biasanya digunakan dalam setiap upacara keagamaan Hindu Kaharingan khususnya dalam persembahyangan basarah yang dalam bahasa Sangiang disebut “ Sangku Tambak Raja, Saparanggun Dalam Kangatil Bawak Lamiang “ yang artinya “ Sangku yang telah dilengkapi oleh berbagai alat-alat upacara basarah”. Didalam upacara persembahyangan basarah, Sangku Tambak Raja tersebut haruslah ditempatkan diatas meja kecil , sehingga Sangku Tambak Raja tersebut akan nampak lebih tinggi , serta beralaskan kain yang berwarna warni dan bersih. Hal ini terlihat dalam makna Kandayu Manyarah Sangku Tambak Raja  yaitu Kandayu yang berisikan ungkapan syukur tentang maksud dan tujuan upacara persembahyangan Basarah yaitu dengan maksud menyerahkan Sangku Tambak Raja beserta segala isinya kepada Ranying Hatalla Langit melalui persembahyangan basarah tersebut dan kemudian memohon kepada Ranying Hatalla Langit agar dapat memberikan sinar suci kekuatanNya bagi kehidupan manusia agar didalam menjalani kehidupan ini (di lewu injam tingang)  senantiasa mendapat bimbingan  dalam berpikir yang baik, berkata yang benar serta menjalankan perbuatan yang baik dan benar pula.
Filosopis Sangku Tambak Raja ini merupakan suatu perwujudan dari seluruh kemahakuasaan Ranying Hatalla Langit yaitu sebagai simbolis penyatuan lahir dan bathin umat yang melaksanakan persembahyangan basarah tersebut kehadapan Ranying Hatalla Langit.

2.    BERAS
Dalam bahasa Sangiang , behas disebut dengan nama “ Behas Manyangen Tingang” . Berdasarkan mithologi agama Hindu Kaharingan bahwa pada masa penciptaan alam semesta, Ranying Hatalla Langit menciptakan beras untuk menjaga kelangsungan kehidupan  Raja Bunu yang menjadi asal mula umat manusia didunia dan kelangsungan hubungan dengan Ranying Hatalla Langit. Dari mithologi tersebut, maka umat Hindu Kaharingan menyakini bahwa didalam beras tersebut telah terkandung kekuasaan Ranying Hatalla Langit yang akan menjadi sarana penghubung antara manusia dengan Ranying Hatalla Langit.
Hal ini terbukti didalam ayat suci manawur yang berbunyi :
“ Balang Bitim Jadi Isi, Hampuli Balitam jadi Daha, Dia baling Bitim Ijamku Akan Duhung Luang Rawei Pantai Danum Kalunen, Isen Hampuli Balitam Bunu Bamban Panyaruhan Tisui Luwuk Kampungan Bunu “
Artinya :
“ Behas Manyangen Tingang, Bukan Saja Sebagai Kelangsungan Hidup Manusia, Maka Ia Juga Sebagai Perantara Manusia Dengan Yang Maha Kuasa Serta Sebagai Perantara Antara Manusia Dengan Para Leluhur” .

3.    DANDANG TINGANG
Menurut mithologi agama Hindu Kaharingan bahwa burung Tingang adalah salah satu penciptaan Ranying Hatalla Langit , yaitu melalui perubahan wujud Luhing Pantung Tingang yang terlepas dan kejadian dengan keberadaan Nyalung Kaharingan Belum (air suci kehidupan) pada saat Raja Bunu menerimanya dari ranying Hatalla Lngit yang kemudian berubah wujud menjadi seekor burung Tingang yang dalam bahasa Sangiang disebut “ Tinggang Rangga Bapantung Nyahu” yang menempati sebuah pohon beringin besar yang disebut dalam bahasa Sangiang “ Lunuk Jayang Tingang , Baringen Sempeng Tulang Tambarirang “. Oleh karena itu didalam pelaksanaan persembahyangan basarah burung Tingang tersebut dilambangkan dengan Dandang Tingang, yang memiliki khas tersendiri yaitu berupa warna putih diatas, warna hitam ditengah dan warna putih dibawah.
Dilihat dari filosopis agama Hindu Kaharingan mengandung makna:
- Warna putih diatas berarti alam kekauasaan Ranying Hatalla langit.
- Warna Hitam ditengah berarti alam kehidupan manusia didunia yang selalu penuh dengan pertentangan antara kebaikan dan kejahatan.
- Warna putih dibawah artinya kesucian yang didapat melalui usaha individu dalam melawan ketidakbenaran.

4.    SIPA (GILING PINAG) DAN RUKU (RUKUN TARAHAN)
Sipa yang dalam bahasa Sangiang disebut “Giling Pinang” yang terdiri dari daun sirih , kapur dan buah pinang  serta tembakau yang dilipat menyerupai kerucut yang diisi dengan belahan buah pinang dan tembakau.
Ruku yang dalam bahasa Sangiang disebut “ Rukun Tarahan “ yaitu rokok yang terbuat dari daun nipah yang disebut rokok pusuk.
Penggunaan kedua sarana ini dalam persembahyangan basarah berdasarkan mithologi agama Hindu Kaharingan menyebutkan pada saat penciptaan , yaitu Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, Sahawung Tangkuranan Hariran dengan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan , Limut Batu Kamasan Tambun yang berubah wujudnya atas kehendak Ranying Hatalla Langit menjadi Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Sangiang, yang pada suatu ketika tak kala ia mengobati Raja Pampulau Hawun, saat itulah Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Sangiang mengalami perubahan wujud menjadi beberapa benda seperti biji matanya menyatu pada buah pinang dan rukun tarahan yang digunakan dalam setiap kegiatan keagamaan Hindu Kaharingan.


5.   DUIT SINGAH HAMBARUAN

Duit Singah Hambaruan dalam bahasa Sangiang disebut “ Bulau Pungkal Raja” yaitu mata uang yang digunakan yang hendaknya mata uang logam perak dan akan lebih baik jika menggunakan emas yang maksudnya mata uang tersebut akan memancarkan sinar terang secara rohaniah, sehingga persembahan suci Sangku Tambak Raja akan tampak jelas kehadapa Ranying Hatalla Langit dan para leluhur serta dengan uang tersebut pula berfungsi sebagai pelengkap atas segala kekurangan alat-alat upacara. 

 

6.BEHAS HAMBARUAN

Behas Hambaruan adalah beras yang dipilih dari beras biasa yang bersih bening dan tidak sedikitpun cacat dengan jumlah 7 (tujuh) biji  beras. Dan beras yang sudah dipilih tersebut dibungkus dengan kain putih dan inilah yang disebut dengan “ Behas Hambaruan”. Yang ditempatkan ditengah Sangku Tambak Raja berdampingan dengan Dandang Tingang dengan maksud bahwa Behas Hambaruan tersebut sebagai perlambang wujud Raja Uju Hakanduang, Kanaruhan Hanya Basakati, yang nantinya pada akhir persembahyangan basarah diberi/diterima oleh seluruh yang mengikuti persembahyangan basarah tersebut.

7.UNDUS TANAK
Undus Tanak dalam bahasa Sangiang disebut “ Minyak Bangkang Haselan Tingang, Uring Katilambung Nyahu “ yaitu minyak kelapa yang terbaik . Hal ini sesuai dengan mithologi yang menyatakan bahwa buah kelapa adalah penjelmaan dan penyatuan dari kepala Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Sangiang, maka oleh karena itu buah kelapa dalam bahasa Sangiang disebut “ Bua Katilambung Nyahu “ . Dengan demikian undus tanak berarti suci sehingga digunakan yang didasarkan pada hakekat minyak yang licin dan terasa hangat, sehingga dapat melepaskan dan memperbaiki sesuatu yang kusut dalam diri manusia dan kehangatan minyak itu dapat menghangatkan iman manusia terhadap Ranying Hatalla Langit, serta segala sesuatu yang diolesi minyak akan terlihat bersih dan mengkilap.

8.    TAMPUNG TAWAR
Tampung Tawar yaitu terbuat dari daun kelapa muda yang dianyam sedemikian rupa yang digunakan untuk memercikan air suci pada upacara Agama Hindu Kaharingan dan air yang disucikan itu sebagai symbol dari Nyalung Kaharingan yang pada akhir Upacara Basarah bersamaan dengan pelaksanaan mambuwur behas hambaruan juga dipercikan kepada semua peserta Upacara Basarah.  Dengan pengertian bahwa selesai melaksanakan basarah selayaknya menerima anugrah dari Ranying Hatalla Langit dan sebaliknya segala sesuatu yang sifatnya jahat, baik pikiran maupun perasaan dapat di netralisir oleh kesucian air suci kehidupan tersebut.

9.    PARAPEN, GARU/MANYAN
Kata Parapen berarti perapian yang berasal dari kata api, kegunaan parapen pada upacara Basarah adalah sebagai tempat membakar garu/manyan yang merupakan sarana untuk mengiringi pengucapan mantra/Do’a. Asap garu/manyan dapat menumbuhkan ketenangan pikiran dan perasaan sehingga dapat memudahkan untuk memusatkan pikirannya kepada Ranying Hatalla Langit. Dengan demikian hendaknya bara api pada parapen jangan sampai padam selama Persembahyangan/Basarah berlangsung.

10.  BENANG LAPIK SANGKU
Benag lapik sangku artinya kain yang digunakan menjadi alas dimana Sangku Tambak Raja ditempatkan. Kain melambangkan keindahan yang didalam mithologi Agama Hindu Kaharingan bukan saja keindahan alam semeta akan tetapi juga keindahan dari kesucian dan kemahakuasaan Ranying Hatalla Langit.

11.  TANTELUH MANUK
Tanteluh manuk dalam Bahasa Sangiang disebut Tanteluh Manuk Darung Tingang. Pada upacara Basarah telur diletakan berdampingan dengan Dandang Tingan yaitu ditengah-tengah Sangku Tambak Raja, setelah berakhir upacara Basarah telur tersebut diambil cairannya dan dioleskan pada kedua tulang salangka serta dioleskan didahi dan diterima oleh semua yang ikut Basarah. Maksunya dengan telur yang telah disucikan tersebut, untuk menyucikan jasmani dan rohani serta menetralisir hal-hal yang tidak baik dari hati nurani dan pikiran manusia.

12.  KAMBANG
Kambang selalu digunakan dlam upacara basarah yang ditempatkan diatas Sangku Tambak Raja yang maknanya agar laksana bunga yang harum semerbak akan menerima anugrah yang baik dari Ranying Hatalla Langit. Pada akhir upacara basarah, bunga tersebut dicampurkan kedalam Tampung Tawar dan di percikan kepada seluruh peserta basarah.
Bunga yang digunakan untuk upacara basarah hendaknya dipilih yang berwarna merah, putih dan kuning. Bunga merah melambangkan Raja Tunggal Sangumang yang melambangkan penciptaan sekaligus lambang keberanian dalam membela kebenaran demi kedamaian hidup.
Bunga putih melambangkan ketulusan dan kesucian hati, bunga kuning melambangkan kekuasaan Ranying Hatalla Langit dalam memelihara ciptaanya serta melambangkan keteguhan hati.
Demikianlah pandehen/dharma wacana ini disampaikan, semoga memberikan manfaat yang besar bagi kita semua. Sebelumnya saya memohon maaf apabila saya selama menyampaikan pandehen ini ada kata-kata saya yang tidak berkenan dihati umat sekalian, semoga Ranying Hatalla Langit memberikati kita semua ,
Sahiy, Sahiy, sahiy.

Penyampai pandehen

Pranata, S.pd. M.Si


Tidak ada komentar:

Posting Komentar