Sabtu, 05 November 2011

Budidaya Ayam Buras



Berikut ini adalah serba-serbi budidaya ternak ayam buras dimulai dengan sejarah singkat ternak ayam buras, sentra  budidaya ternak ayam buras, jenis-jenis ternak ayam buras, manfaat ternak ayam buras, persyaratan lokasi budidaya ternak ayam buras,  pedoman teknis budidaya ternak ayam buras, hama dan penyakit ternak ayam buras dan lain-lain.

1. PENDAHULUAN
Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan.
Dikarenakan dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam buras sangat rendah, ± 60 butir/tahun/ekor. Berat badan pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu diintensifkan. Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, dapat meningkatkan produksi telur dan daging, dapat
mencegah wabah penyakit dan memudahkan tata laksana.
Sistem pemeliharaan ayam buras meliputi : bibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.

2. BIBIT
Ciri-ciri bibit yang baik :
  1. Ayam jantan
    • Badan kuat dan panjang.
    • Tulang supit rapat.
    • Sayap kuat dan bulu-bulunya teratur rapih.
    • Paruh bersih.
    • Mata jernih.
    • Kaki dan kuku bersih, sisik-sisik teratur.
    • Terdapat taji.
  2. Ayam betina (petelur) yang baik
    • Kepala halus.
    • Matanya terang/jernih.
    • Mukanya sedang (tidak terlalu lebar).
    • Paruh pendek dan kuat.
    • Jengger dan pial halus.
    • Badannya cukup besar dan perutnya luas.
    • Jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari.
    • Jarak antara tulang pubis ± 3 jari.
    •  
3. PEMELIHARAAN
Ada 3 (tiga) sistem pemeliharaan :
  1. Ekstensif (pemeliharaan secara tradisional = ayam dilepas dan mencari pakan sendiri).
  2. Semi intensif (ayam kadang-kadang diberi pakan tambahan).
  3. Intensif (ayam dikandangkan dan diberi pakan).
Apabila dibedakan dari umurnya, ada beberapa macam pemeliharaan, yaitu :
  1. Pemeliharaan anak ayam (starter) : 0 – 6 minggu, dimana anak ayam sepenuhnya diserahkan kepada induk atau induk buatan.
  2. Pemeliharaan ayam dara (grower) : 6 – 20 minggu.
  3. Pemeliharaan masa bertelur (layer) : 21 minggu sampai afkir (…. 2 tahun).
Untuk memperoleh telur tetas yang baik, diperlukan 1 (satu) ekor pejantan melayani 9 (sembilan) ekor betina, sedangkan untuk menghasilkan telur konsumsi, pejantan tidak diperlukan.

4. PERKANDANGAN
Fungsi kandang yaitu :
  1. Untuk tempat berteduh dari panas dan hujan.
  2. Sebagai tempat bermalam.
  3. Untuk memudahkan tata laksana.
Syarat kandang yang baik, yaitu :
  1. Cukup mendapat sinar matahari.
  2. Cukup mendapat angin atau udara segar.
  3. Jauh dari kediaman rumah sendiri.
  4. Bersih.
  5. Sesuai kebutuhan (umur dan keadannya).
  6. Kepadatan yang sesuai.
  7. Kandang dibuat dari bahan yang murah, mudah didapat dan tahan lama.
Kepadatan kandang :
  1. Anak ayam beserta induk : 1 – 2 m 2 untuk 20 – 25 ekor anak ayam dan 1 – 2 induk.
  2. Ayam dara 1 m 2 untuk 14 – 16 ekor.
  3. Ayam masa bertelur, 1 – 2 m 2 untuk 6 ekor dan pejantan 1 ekor.
  4.  
5. PAKAN
Pada prinsipnya macam zat gizi yang dibutuhkan ayam buras sama dengan yang dibutuhkan ayam ras yaitu :
a. Protein
b. Vitamin
c. Energi (Karbohidrat dan lemak)
d. Mineral dan
e. Air.
jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh kedua jenis ayam tersebut mungkin berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan zat gizi untuk ayam buras lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan ayam ras. Oleh karena itu penggunaan 100% ransum ayam ras komersial untuk ayam buras merupakan pemborosan karena pertumbuhan maupun produksi telur masih jauh di bawah pertumbuhan maupun produksi telur ayam ras. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan genetis ayam buras. Banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi, diantaranya :
a. Jenis ternak
b. Umur unggas
c. Lingkungan, terutama cuaca
d. Tingkat produksi

3 jenis pakan buat ayam :
1. pakan nabati
2. pakan hewani
3 suplemen.
Bahan pakan nabati adalah bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Bahan pakan nabati ini umumnya mempunyai serat kasar tinggi, misalnya dedak dan daun-daunan yang suka dimakan oleh ayam buras. Disamping itu bahan pakan nabati banyak pula yang mempunyai kandungan protein tinggi
seperti bungkil kelapa. bungkil kedele dan bahan pakan asal kacang-kacangan. Dan tentu saja kaya akan energi seperti jagung.

Dedak halus
Dedak sebagai limbah penggilingan padi banyak terdapat di Indonesia karena Indonesia merupakan negara penghasil padi. Pada saat musim panen, dedak mudah diperoleh dan murah harganya. Dedak sebagai bahan pakan ternak luas penggunaannya, dapat digunakan sebagai bahan pakan berbagai jenis dan tipe ternak.
Dedak halus dibedakan antara dedak halus pabrik dan dedak halus kampung. Dedak halus kampung mengandung lebih banyak serat kasar dibandingkan dedak halus pabrik, serta kandungan proteinnya hanya 10,1 %, sedangkan dedak halus pabrik mengandung protein 13,6%. Sedangkan kandungan lemaknya tinggi, sekitar 13%, demikian juga serat kasarnya kurang lebih 12%. Oleh karena itu penggunaan dedak halus dalam pakan ayam buras sebaiknya tidak melebihi 45%. Bila beras yang sudah putih digiling kembali, maka akan didapatkan limbah berupa bekatul dengan kandungan proteinnya 10,8%, ini dapat juga digunakan sebagai bahan pakan ayam buras.

Jagung
Jagung sebagai pakan ayam buras sudah sejak lama digunakan. Jagung mengandung protein agak rendah (sekitar 9,4%), tetapi kandungan energi metabolismenya tinggi. (3430 kkal/kg). Oleh karena itu jagung merupakan sumber energi yang baik. Kandungan serat kasarnya rendah (sekitar 2%), sehingga memungkinkan jagung dapat digunakan dalam tingkat yang lebih tinggi. Jagung kuning mengandung
pigmen karoten yang disebut “xanthophyl”. Pigmen ini memberi warna kuning telur yang bagus dan daging yang menarik, tidak pucat.

Bungkil Kelapa
Bungkil kelapa merupakan limbah dari pembuatan minyak kelapa dapat digunakan sebagai pakan lemak. Indonesia kaya akan pohon kelapa dan banyak mendirikan pabrik minyak goreng, sehingga bungkil kelapa banyak tersedia kandungan protein cukup tinggi sekitar 21,6% dan energi metabolis sekitar 1540 – 1745 Kkal/Kg. Tetapi bungkil kelapa ini miskin akan Cysine dan Histidin serta kandungan lemaknya tinggi sekitar 15%. Oleh karena itu penggunaan dalam menyusun ransum tidak melebihi 20%, sedang kekurangan Cysine dan Histidin dapat dipenuhi dari tepung itu atau Cysine buatan pabrik.
Secara umum bungkil kelapa berwarna coklat, ada coklat tua ada coklat muda (coklat terang) sebaiknya dipilih bungkil kelapa yang berwarna coklat muda atau coklat terang inilah yang kita pilih. Bungkil Kelapa mudah dirusak oleh jamur dan mudah tengik, sehingga harus hati-hati dalam menyimpannya.

Singkong/Ketela Pohon
Parutan singkong mentah dapat dijadikan bahan pakan pokok ayam buras yang dipelihara secara intensif. Singkong dapat diberikan dalam bentuk mentah (segar) ataupun setelah melalui pengolahan misalnya gaplek atau aci. Penggunaan tepung gaplek dalam ransum tidak lebih dari 40%. Dalam bentuk mentah, singkong sebaiknya digunakan dalam tempo 24 jam setelah masa panennya. Lebih dari tempo itu maka nilai gizinya akan menurun (rusak). Selain umbinya, daun singkong juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ayam buras, baik dalam bentuk tepung ataupun dalam bentuk segar (sebagai hijauan). Tepung daun singkong ini dapat menggantikan kacang hijau dan kedelai sampai jumlah 8%.

Bungkil kedelai.
Kacang kedelai mentah tidak dianjurkan untuk dipergunakan sebagai pakan ayam karena kacang kedelai mentah mengandung beberapa trypsin, yang tidak tahan terhadap panas, karena itu sebaiknya kacang kedelai diolah lebih dahulu. Bungkil kedelai merupakan limbah pembuatan minyak kedelai, mempunyai kandungan protein ± 42,7% dengan kandungan energi metabolisme sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan serat kasar rendah, sekitar 6%. Tetapi kandungan methionisne rendah. Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum ayam dianjurkan tidak melebihi 40%, sedang kekurangan methionisme dapat dipenuhi demi tepung ikan atau methionisme buatan pabrik.

Daun lamtoro.
Pemberian daun lamtoro mesti hati-hati karena daun lamtoro mengandung alkoloid yang beracun dengan nama mimosin. Pemberian tepung daun lamtoro dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan ayam berhenti bertelur. Karena itu, kendatipun kandungan protein daun lamtoro cukup tinggi (22,30%), dalam penggunaannya dianjurkan tidak melebihi dari 5% dalam pakan ayam.

Daun turi.
Tepung daun turi sudah biasa dipergunakan dalam pakan ayam. Daun turi yang berbunga merah mengandung kadar protein sekitar 31,68%, sedangkan daun turi yang berbunga putih mengandung kadar protein 40,62%.

Bahan Pakan Hewani.
Bahan pakan asal hewan ini umumnya merupakan limbah industri, sehingga sifatnya memanfaatkan limbah. Bahan pakan hewani yang biasa digunakan adalah tepung ikan, tepung tulang, tepung udang dan tepung kerang. Beberapa bahan pakan hewan yang lain adalah cacing, serangga, ulat dll. Bahan-bahan pakan ini ditemukan ayam yang dipelihara secara intensif, cacing, serangga dan lain-lain tidak diberikan. Tetapi bekicot yang banyak didapat di musim hujan, sudah mulai diternakkan, merupakan bahan pakan alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan protein pada ransum ayam.

Tepung Ikan.
Tepung ikan merupakan bahan pakan yang sangat terkenal sebagai sumber protein yang tinggi. Tetapi perlu diketahui bahwa kandungan gizi tepung ikan ini berbeda, sesuai dengan jenis ikannya . Disamping jenis ikan, proses pengeringan ikan juga mempengaruhi kualitas tepung ikan tersebut. Ada beberapa macam proses pengeringan, yaitu pengeringan matahari, pengeringan vacum, pengeringan dengan uap panas dan pengeringan dengan pijar api sesaat. Pengeringan matahari merupakan proses termudah dan termurah, tetapi juga rendah kadar proteinnya. Tepung ikan lokal yang bersumber dari sisa industri ikan kalengan atau limbah tangkapan nelayan dan hanya dijemur dengan panas matahari mempunyai kandungan protein kasar hanya 51-55%. Selain sebagai sumber protein dengan asam amino yang baik, tepung ikan juga merupakan sumber mineral dan vitamin. Dengan kandungan gizi yang sangat baik ini maka tak heran bila harganyapun mahal. Oleh karena itu, untuk menekan harga ransum, pengguna tepung ikan dibatasi dibawah 8%. Di Indonesia, tepung ikan ada beberapa macam baik produk lokal maupun import dengan kualitas yang beragam. Dengan kondisi ini peternak disarankan membeli tepung ikan dari penjual yang terpercaya dan sudah biasa menjual tepung ikan yang baik.

Tepung Udang
Tepung udang berasal dari limbah industri udang, sehingga kualitas gizinya tergantung dari bagian yang ikut tergiling. Apabila bagian kepala dan kaki ikut tergiling tentu kualitasnya lebih baik daripada hanya kulit udangnya saja. Kandungan protein tepung udang berkisar antara 43 – 47%. Tepung udang merupakan bahan pakan alternatif sebagai sumber protein, karena tidak semua tempat tepung udang ini dapat diperoleh.
Tepung Tulang
Tepung tulang digunakan sebagai sumber mineral. Tepung tulang umumnya mengandung Calcium antara 24–25% dan Phospor antara 12-15%. Karena sifatnya sebagai pelengkap, pemakaian tepung tulang hanya sedikit.

Tepung Kerang
Tepung kerang merupakan sumber Calcium, karena mengandung Calcium hampir 36%. Dengan berkembangnya mineral dan vitamin buatan pabrik, bahan pakan alami sudah banyak ditinggalkan. Tetapi apabila harganya murah dan kesediaannya terjamin, peternak dapat memanfaatkan tepung kerang ini sebagai sumber Calcium untuk ransum ayam burasnya.

Bekicot
Bekicot merupakan bahan pakan yang murah sekali karena kita dapat dengan mudah memperolehnya disekitar lingkungan hidup dan mudah pula membudidayakannya. Hampir 95% dari tubuh bekicot dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ayam, yang terbuang hanyalah kotoran dan lendirnya.
Cara memanfaatkannya adalah sebagai berikut :
- 60 gr bekicot dipuasakan selama 2 hari agar kotorannya habis
- Rendamlah dalam air garam dengan perbandingan 1 liter air dengan 50 gr garam dapur, kemudian diaduk selama 15 – 20 menit.
- Daging bekicot dicuci kemudian masukkan ke dalam air mendidih selama 10 menit (sampai masak).
Daging bekicot dapat diberikan sebagai pakan ayam, baik dalam bentuk basah (segar), kering ataupun, dalam bentuk tepung, dengan kandungan protein untuk masing-masingnya adalah sebagai berikut :
a. Dalam bentuk basah (segar) 54,29%
b. Dalam bentuk kering 64,13 %
c. Dalam bentuk tepung 24,80%
Meskipun kandungan protein tepung bekicot tinggi, tetapi pemakaiannya tidak boleh melebihi 10%. Cangkang bekicot dapat digunakan sebagai pakan tambahan menggantikan tepung kapur dan grit.

Bahan Pakan Pelengkap/Suplemen.
Bahan pakan pelengkap ini merupakan bahan buatan pabrik dan diproduksi untuk melengkapi zat-zat gizi yang biasanya kurang banyak atau kurang lengkap dikandung oleh bahan pakan alami.
a. Vitamin, merupakan zat gizi yang berfungsi untuk pembentukan tulang, pertumbuhan serta memberikan daya tahan tubuh terhadap penyakit atau infeksi.
b. Mineral, merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang tidak banyak tetapi sangat penting untuk pembentukan alat-alat tubuh antara lain untuk pembentukan tulang (Ca dan P). darah (zat besi/Fe) dan kerabang telur (Ca dan P).
c. Lysine dan Methionine
Seperti diketahui dalam formula ransum ayam buras, 90% disusun dari bahan pakan nabati yang umumnya tidak mengandung Asam Amino yang imbang. Biasanya bahan pakan nabati ini miskin akan Lysine dan Methionine. Biasanva kekurangan Asam Amino ini dapat diatasi dengan penggunaan tepung ikan pada formula ransum. Tetapi karena harganya mahal penggunaan tepung ikan ini terbatas. sehingga untuk
mengatasi kekurangan Asam Amino ini digunakan Lysine dan Methionine buatan pabrik. Lysine dan Methionine merupakan Asam Amino esensial yang dibutuhkan oleh ternak. Dewasa ini kedua Asam Amino sudah diproduksi dan dikemas sebagai produk siap pakai oleh pabrik.
d. Probiotik, adalah koloni kecil bibit mikroba yang berasal dari lambung sapi, yang dikemas dalam campuran tanah, akar rumput dan daun-daunan atau ranting yang dibusukkan. Mikroba-mikroba tersebut berfungsi sebagai penghuni protein, serat kasar dan nitrogen fiksasi non simbiotik. Dengan menambahkan probiotik tersebut dalam ransum ayam, maka ransum yang digunakan menjadi lebih efisien dan kadar amonia lebih rendah sehingga bau menyengat yang biasanya kita cium disekitar kandang menjadi berkurang karena sifatnya sebagai pengurai. Penggunaan probiotik ini juga lebih luas, tidak saja sebagai suplemen pada ransum ayam buras tetapi juga digunakan untuk menjinakkan berbagai limbah (yang berbentuk organik) seperti bau spesifik dari septitank, limbah rumah potong dan limbah industri. Seiring dengan perkembangan teknologi, probiotik ini sudah diproduksi secara massal (pabrik) dengan dikemas dalam bentuk siap pakai sehingga menjadi lebih mudah dalam penggunaannya. Aturan penggunaan biasanya sudah disertakan pula dalam kemasannya. Produk ini sudah diperdagangkan dan peternak dapat memperolehnya di Poultry Shop. Mengenai penggunaan probiotik ini, Balai Informasi Pertanian (BIP) DKI Jakarta pernah melaksanakan uji adaptif penggunaan suplemen probiotik yang dicampurkan dalam ransum ayam buras petelur (TA 1995/1996). Dengan menambahkan probiotik dalam ransum yang biasa digunakan oleh peternak ternyata hasilnya dapat:
- meningkatkan produksi telur
- penggunaan pakan lebih efisien
- kadar air feses (kotoran) lebih rendah dan bau feses di lingkungan kandang menjadi berkurang.
Secara ekonomis harga probiotik tersebut relatif lebih murah, hanya Rp. 4.000 – Rp. 5.000 per kg. Sedang penggunaannya relatif sedikit, hanya sekitar 25 gr per 1 kg ransum.  Pemberian pakan adalah sehari dua kali, yaitu pagi dan sore, sedangkan air minum diberikan setiap saat.

6. PENYAKIT DAN PENCEGAHAN
  1. ND = Necastle Desease = Tetelo
    Pencegahan: lakukan vaksinasi ND secara teratur pada umur 4 hari, 4 minggu dan 4 bulan diulangi lagi setiap 4 bulan sekali.
  2. Cacingan
    Pencegahan : hindarkan pemeliharaan tradisional.
  3. CRD (pernafasan)
    Pengobatan : Chlortetacyclin (dosis 100-200 gr/ton ransum) atau tylosin (dosis 800 -1000 gr/ton ransum).
  4. Berak Darah
    Pengobatan : Prepara Sulfa atau anyrolium dilarutkan dalam air minum, dosis 0,012 -0,024% untuk 3 – 5 hari.
  5. Pilek
    Pengobatan : sulfadimetoxine 0,05% dilarutkan dalam air minum selama 5 -7 hari.
  6. Cacar
    Pencegahannya : vaksinasi 1 kali setelah lepas induk.

7. ANALISA USAHA AYAM BURAS
  1. Pengeluaran
    1. Bibit: 100 ekr x Rp. 12.000,- —————————–> Rp. 1.200.000,-
    2. Pakan100 ekr x 360 hr x 100 gr x Rp. 491,- / 1000 ——> Rp. 1.767.600,-
    3. Penyusutan kandang/th Rp. 500.000: Rp. 50.000/2 th —–> Rp. 225.000,-
    4. Tenaga kerja: 12 x Rp. 150.000,- /bulan ——————> Rp. 1.800.000,-
    5. Vaksin dan Obat: 100 ekr x 4 kali x Rp. 50,- ————-> Rp. 20.000,-
      Total ——————————————————> Rp. 5.012.600,-
  2. Pendapatan
    1. Penjualan telur/th 95%x100 ek x 25% x 360 hr x Rp. 300,- —–> Rp 2.565.000,-
    2. Penjualan kotoran ayam/th 25 grx95 ekrx360 x Rp. 2.000,- —–> Rp. 34.200,-
    3. Penjualan ayam afkir: 95 ekr x Rp. 13.500,- ———————> Rp. 1.282.500,-
      Total ————————————————————> Rp. 3.881.700,-
  3. Penghasilan/tahun: pendapatan – pengeluaran – Rp. 1.130.900,-
    Karena keuntungannya negatif, maka sebaiknya untuk pemeliharaan 100 ekor ayam, tenaga kerja cukup ditangani oleh peternak, sehingga biaya untuk tenaga kerja Rp. 0,-. Dengan kata lain, untuk pemeliharaan 100 ekor ayam :
    1. Pengeluaran Rp. 3.212.600,-
    2. Pendapatan Rp. 3.881.700,-
    3. Keuntungan Rp. 669.100,-
      keuntungan/bln Rp. 55.758,-
Asumsi harga pasaran bulan Februari 1996
  1. Harga bibit siap telur/ekor Rp. 12.000,-
  2. Harga telur/butir Rp. 300,-
  3. Harga pakan, dengan susunan:
    • 30 kg pakan Rp. 300,- /kg
    • 50 kg pakan layer (441) Rp. 605,- /kg
    • 1 kg mineral Rp. 500,- /kg
  4. Harga ayam apkir Rp. 13.500,-
  5. Harga kotoran ayam 1 karung (50 kg) Rp. 2.000,-
  6. Mortalitas (kematian) 5%
  7. Produktivitas telur 25%
  8. Biaya kandang ayam perekor Rp . 5.000,-
  9. Biaya vaksin & obat perekor Rp. 50,-
##########
PEMILIHAN BIBIT AYAM BURAS
  1. KELUARAN
    Teknik pembibitan bibit ayam buras yang baik
  2. PEDOMAN TEKNIS
    1. Calon induk betina:
      • sehat dan tidak cacat
      • lincah dan gesit
      • mata bening dan bulat
      • rongga perut elastis
      • tidak mempunyai sifat kanibal
      • bebas dari penyakit
      • umur 5 – 12 bulan.
    2. Calon pejantan:
      • sehat dan tidak cacat
      • penampilan tegap
      • bulu halus dan mengkilap
      • tidak mempunyai sifat kanibal
      • umur 8 – 24 bulan.
        Jumlah induk dan pejantan disesuaikan dengan kondisi dan umurnya antara 8 – 10 : 1

PENETASAN ALAMI AYAM BURAS
  1. KELUARAN
    Sangkar tetas dengan hasil daya tetas tinggi.
  2. BAHAN
    Bambu, kawat, paku, rumput kering.
  3. ALAT
    Gergaji, pisau serut, palu, tang, dll.
  4. PEDOMAN TEKNIS
    1. Sangkar penetasan dibuat dari bambu berbentuk kerucut dengan suhu penetasan dalam sangkar pengeraman cukup baik.
    2. Cara pembuatan
      1. Potong bambu berdiameter 25 – 50 cm sepanjang 125 cm, 1/3 bagian harus berada di atas ruas sedangkan yang 2/3 bagiannya sebagai tiang
        penyangga.
      2. satu pertiga dari bambu bagian atas dibelah-belah kecil ( 1-1,5 cm), dihaluskan, kemudian dianyam dengan belahan bambu tipis, dimulai dari
        bagian ujung bawah belahan bambu, sehingga berbentuk kerucut.
      3. Bagian ujung paling atas diikat dengan kawat tali, agar ayaman tidak lepas.
      4. Sangkar diletakkan di tempat yang aman dan jauh dari keramaian dan terhindar dari gangguan hewan liar.
      5. Bagian bawah sangkar dialasi dengan rumput kering, yang merupakan alas/tempat diletakkannya telur dan sekaligus sebagai tempat penetasan.
    3. Sangkar penetasan kerucut ini menghasilkan daya tetas telur 77,37 %, kematian embriyo 16,64 %, suhu maksimum 102,3°C dan suhu minimum 83,5°C.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar