PANDEHEN / DHARMA WACANA
MAKNA SANGKU TAMBAK RAJA DALAM UPACARA PERSEMBAHYANGAN BASARAH
Tabe salamat Lingu Nalatai Salam Sujud Karendem Malempang
Bapak-Bapak,Ibu-Ibu dan Saudara dalam kasih Ranying Hatalla Langit
Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
perkenan bapak/ibu/suadara meminta saya untuk menyampaikan pandehen /
dharma wacana dengan topik Makna sangku Tambak Raja Dalam Upacara
Persembahyangan Basarah.
Bapak-bapak, ibu-ibu umat sedharma yang berbahagia.
Agama Hindu Kaharingan yang didalam penyebaran agamanya memiliki
dimensi yang sangat luas serta fleksibel dan didalam perkembangannya
selalu diikuti dengan Desa, Kala dan Patra yang berarti selalu
menyesuaikan dengan tempat, waktu dan keadaan dimana umat Hindu
Kaharingan itu berada, tumbuh dan berkembang dalam menjalankan kehidupan
beragamanya. Dengan demikian tidak heran jika disetiap daerah didalam
umat Hindu Kaharingan menjalankan ritual agamanya terdapat
perbedaan-perbedaan dari segi wujud dan sifat pelaksanaannya, namun
pada prinsipnya, inti maksud dan tujuannya adalah sama yaitu mencapai
suatu kebaikan (dharma). Dalam keberagaman tersebut bukan berarti agama
Hindu Kaharingan didaerah yang satu dengan yang lain adalah berbeda.
Satu hal yang mencirikan agama Hindu adalah terdapatnya konsep Tri
Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu Tattwa (Ketuhanan), Etika (aturan
tingkah laku), dan Upacara (ritual keagamaan).
Khusus umat Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah didalam mendekatkan
dirinya dengan Ranying Hatalla Langit mengenal suatu upacara
persembahyangan yang disebut dengan “BASARAH ”. Umat Hindu
Kaharingan di kabupaten Katingan juga mengenal kegiatan persembahyangan
yang disebut juga dengan istilah BASARAH.
Agama Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah didalam mendekatkan
dirinya dengan Ranying Hatalla Langit yaitu melaksanakan
persembahyangan Basarah. Yang mana Basarah artinya menyerahkan segalanya
kepada Sang Pencipta Ranying Hatalla Langit agar didalam kita menjalani
kehidupan di dunia (lewu injam tingang) selalu disertai dan diberkati
oleh Ranying Hatalla Langit.
Dalam upacara persembahyangan basarah haruslah dilaksanakan oleh
seluruh umat Hindu Kaharingan yaitu dengan susunan basarah sebagai
berikut :
- Mangaru Sangku Tambak Raja
- Doa Pembuka Basarah
- Kandayu Manyarah Sangku Tambak Raja
- Mabaca Pampeteh Ranying Hatalla Huang Panaturan
- Kandayu Mantang Kayu Erang
- Pandehen
- Kandayu Parawei
- Doa Kahapus Basarah
- Mambuwur behas hambaruan
Adapun sarana yang dipergunakan dalam persembahyangan basarah adalah :
- Sangku
- Behas
- Dandang Tingang
- Sipa (Giling Pinang) dan Ruku (Rukun Tarahan)
- Duit Singah Hambaruan
- Behas Hambaruan
- Undus Tanak
- Tampung Tawar
- Parapen/garu,manyan
- 10. Benang Lapik Sangku
- Tanteluh Manuk
12. Kambang
Bapak-bapak , ibu-ibu umat sedharma yang saya hormati
Didalam kegiatan persembahyangan basarah ini intinya adalah
menyerahkan persembahyangan Basarah suci Sangku Tambak Raja beserta
segala isinya kepada Ranying Hatalla Langit melalu persembahyangan
basarah, kemudian kita memohon kepada Ranying Hatalla Langit agar dapat
memberikan sinar suci kekuatanNya bagi kehidupan manusia agar menjalani
kehidupan ini selalu mendapatkan bimbingan menuju kejalan yang benar
dan selalu mendapatkan berkat dan anugrah dariNya. Hal ini dapat kita
lihat didalam kegiatan persembahyang Basarah yaitu pada saat Manggaru
Sangku Tambak Raja yaitu intinya adalah memberikan suatu keharuman
Sangku Tambak Raja yang akan diserahkan kepada Ranying Hatalla Langit
agar kegiatan Basarah tersebut akan mendapatkan berkah dan rahmad
dariNya.
Pada pelaksanaan persembahyangan basarah , seperti yang tertuang
diatas tadi yaitu berupa sarana yang digunakan tentunya mempunyai makna
yang harus diketahu oleh umat Hindu Kaharingan yaitu :
1. SANGKU
Sangku biasanya digunakan dalam setiap upacara keagamaan Hindu
Kaharingan khususnya dalam persembahyangan basarah yang dalam bahasa
Sangiang disebut “ Sangku Tambak Raja, Saparanggun Dalam Kangatil Bawak Lamiang “
yang artinya “ Sangku yang telah dilengkapi oleh berbagai alat-alat
upacara basarah”. Didalam upacara persembahyangan basarah, Sangku Tambak
Raja tersebut haruslah ditempatkan diatas meja kecil , sehingga Sangku
Tambak Raja tersebut akan nampak lebih tinggi , serta beralaskan kain
yang berwarna warni dan bersih. Hal ini terlihat dalam makna Kandayu
Manyarah Sangku Tambak Raja yaitu Kandayu yang berisikan ungkapan
syukur tentang maksud dan tujuan upacara persembahyangan Basarah yaitu
dengan maksud menyerahkan Sangku Tambak Raja beserta segala isinya
kepada Ranying Hatalla Langit melalui persembahyangan basarah tersebut
dan kemudian memohon kepada Ranying Hatalla Langit agar dapat memberikan
sinar suci kekuatanNya bagi kehidupan manusia agar didalam menjalani
kehidupan ini (di lewu injam tingang) senantiasa mendapat bimbingan
dalam berpikir yang baik, berkata yang benar serta menjalankan perbuatan
yang baik dan benar pula.
Filosopis Sangku Tambak Raja ini merupakan suatu perwujudan dari
seluruh kemahakuasaan Ranying Hatalla Langit yaitu sebagai simbolis
penyatuan lahir dan bathin umat yang melaksanakan persembahyangan
basarah tersebut kehadapan Ranying Hatalla Langit.
2. BERAS
Dalam bahasa Sangiang , behas disebut dengan nama “ Behas Manyangen Tingang”
. Berdasarkan mithologi agama Hindu Kaharingan bahwa pada masa
penciptaan alam semesta, Ranying Hatalla Langit menciptakan beras untuk
menjaga kelangsungan kehidupan Raja Bunu yang menjadi asal mula umat
manusia didunia dan kelangsungan hubungan dengan Ranying Hatalla Langit.
Dari mithologi tersebut, maka umat Hindu Kaharingan menyakini bahwa
didalam beras tersebut telah terkandung kekuasaan Ranying Hatalla Langit
yang akan menjadi sarana penghubung antara manusia dengan Ranying
Hatalla Langit.
Hal ini terbukti didalam ayat suci manawur yang berbunyi :
“ Balang Bitim Jadi Isi, Hampuli Balitam jadi Daha, Dia
baling Bitim Ijamku Akan Duhung Luang Rawei Pantai Danum Kalunen, Isen
Hampuli Balitam Bunu Bamban Panyaruhan Tisui Luwuk Kampungan Bunu “
Artinya :
“ Behas Manyangen Tingang, Bukan Saja Sebagai
Kelangsungan Hidup Manusia, Maka Ia Juga Sebagai Perantara Manusia
Dengan Yang Maha Kuasa Serta Sebagai Perantara Antara Manusia Dengan
Para Leluhur” .
3. DANDANG TINGANG
Menurut mithologi agama Hindu Kaharingan bahwa burung Tingang adalah
salah satu penciptaan Ranying Hatalla Langit , yaitu melalui perubahan
wujud Luhing Pantung Tingang yang terlepas dan kejadian dengan
keberadaan Nyalung Kaharingan Belum (air suci kehidupan) pada saat Raja
Bunu menerimanya dari ranying Hatalla Lngit yang kemudian berubah wujud
menjadi seekor burung Tingang yang dalam bahasa Sangiang disebut “ Tinggang Rangga Bapantung Nyahu” yang menempati sebuah pohon beringin besar yang disebut dalam bahasa Sangiang “ Lunuk Jayang Tingang , Baringen Sempeng Tulang Tambarirang “. Oleh
karena itu didalam pelaksanaan persembahyangan basarah burung Tingang
tersebut dilambangkan dengan Dandang Tingang, yang memiliki khas
tersendiri yaitu berupa warna putih diatas, warna hitam ditengah dan
warna putih dibawah.
Dilihat dari filosopis agama Hindu Kaharingan mengandung makna:
- Warna putih diatas berarti alam kekauasaan Ranying Hatalla langit.
- Warna Hitam ditengah berarti alam kehidupan manusia didunia yang
selalu penuh dengan pertentangan antara kebaikan dan kejahatan.
- Warna putih dibawah artinya kesucian yang didapat melalui usaha individu dalam melawan ketidakbenaran.
4. SIPA (GILING PINAG) DAN RUKU (RUKUN TARAHAN)
Sipa yang dalam bahasa Sangiang disebut “Giling Pinang” yang
terdiri dari daun sirih , kapur dan buah pinang serta tembakau yang
dilipat menyerupai kerucut yang diisi dengan belahan buah pinang dan
tembakau.
Ruku yang dalam bahasa Sangiang disebut “ Rukun Tarahan “ yaitu rokok yang terbuat dari daun nipah yang disebut rokok pusuk.
Penggunaan kedua sarana ini dalam persembahyangan basarah berdasarkan
mithologi agama Hindu Kaharingan menyebutkan pada saat penciptaan ,
yaitu Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, Sahawung Tangkuranan
Hariran dengan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan , Limut Batu
Kamasan Tambun yang berubah wujudnya atas kehendak Ranying Hatalla
Langit menjadi Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Sangiang, yang pada
suatu ketika tak kala ia mengobati Raja Pampulau Hawun, saat itulah
Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Sangiang mengalami perubahan wujud
menjadi beberapa benda seperti biji matanya menyatu pada buah pinang dan
rukun tarahan yang digunakan dalam setiap kegiatan keagamaan Hindu
Kaharingan.
5. DUIT SINGAH HAMBARUAN
Duit Singah Hambaruan dalam bahasa Sangiang disebut “ Bulau Pungkal Raja” yaitu mata uang yang digunakan yang hendaknya mata uang logam perak dan akan lebih baik jika menggunakan emas yang maksudnya mata uang tersebut akan memancarkan sinar terang secara rohaniah, sehingga persembahan suci Sangku Tambak Raja akan tampak jelas kehadapa Ranying Hatalla Langit dan para leluhur serta dengan uang tersebut pula berfungsi sebagai pelengkap atas segala kekurangan alat-alat upacara.
6.BEHAS HAMBARUAN
Behas Hambaruan adalah beras yang dipilih dari beras biasa yang bersih bening dan tidak sedikitpun cacat dengan jumlah 7 (tujuh) biji beras. Dan beras yang sudah dipilih tersebut dibungkus dengan kain putih dan inilah yang disebut dengan “ Behas Hambaruan”. Yang ditempatkan ditengah Sangku Tambak Raja berdampingan dengan Dandang Tingang dengan maksud bahwa Behas Hambaruan tersebut sebagai perlambang wujud Raja Uju Hakanduang, Kanaruhan Hanya Basakati, yang nantinya pada akhir persembahyangan basarah diberi/diterima oleh seluruh yang mengikuti persembahyangan basarah tersebut.
7.UNDUS TANAK
Undus Tanak dalam bahasa Sangiang disebut “ Minyak Bangkang Haselan Tingang, Uring Katilambung Nyahu “
yaitu minyak kelapa yang terbaik . Hal ini sesuai dengan mithologi yang
menyatakan bahwa buah kelapa adalah penjelmaan dan penyatuan dari
kepala Mangku Amat Sangen dan Nyai Jaya Sangiang, maka oleh karena itu
buah kelapa dalam bahasa Sangiang disebut “ Bua Katilambung Nyahu “
. Dengan demikian undus tanak berarti suci sehingga digunakan yang
didasarkan pada hakekat minyak yang licin dan terasa hangat, sehingga
dapat melepaskan dan memperbaiki sesuatu yang kusut dalam diri manusia
dan kehangatan minyak itu dapat menghangatkan iman manusia terhadap
Ranying Hatalla Langit, serta segala sesuatu yang diolesi minyak akan
terlihat bersih dan mengkilap.
8. TAMPUNG TAWAR
Tampung Tawar yaitu terbuat dari daun kelapa muda yang dianyam
sedemikian rupa yang digunakan untuk memercikan air suci pada upacara
Agama Hindu Kaharingan dan air yang disucikan itu sebagai symbol dari
Nyalung Kaharingan yang pada akhir Upacara Basarah bersamaan dengan
pelaksanaan mambuwur behas hambaruan juga dipercikan kepada semua
peserta Upacara Basarah. Dengan pengertian bahwa selesai melaksanakan
basarah selayaknya menerima anugrah dari Ranying Hatalla Langit dan
sebaliknya segala sesuatu yang sifatnya jahat, baik pikiran maupun
perasaan dapat di netralisir oleh kesucian air suci kehidupan tersebut.
9. PARAPEN, GARU/MANYAN
Kata Parapen berarti perapian yang berasal dari kata api, kegunaan
parapen pada upacara Basarah adalah sebagai tempat membakar garu/manyan
yang merupakan sarana untuk mengiringi pengucapan mantra/Do’a. Asap
garu/manyan dapat menumbuhkan ketenangan pikiran dan perasaan sehingga
dapat memudahkan untuk memusatkan pikirannya kepada Ranying Hatalla
Langit. Dengan demikian hendaknya bara api pada parapen jangan sampai
padam selama Persembahyangan/Basarah berlangsung.
10. BENANG LAPIK SANGKU
Benag lapik sangku artinya kain yang digunakan menjadi alas dimana
Sangku Tambak Raja ditempatkan. Kain melambangkan keindahan yang didalam
mithologi Agama Hindu Kaharingan bukan saja keindahan alam semeta akan
tetapi juga keindahan dari kesucian dan kemahakuasaan Ranying Hatalla
Langit.
11. TANTELUH MANUK
Tanteluh manuk dalam Bahasa Sangiang disebut Tanteluh Manuk Darung
Tingang. Pada upacara Basarah telur diletakan berdampingan dengan
Dandang Tingan yaitu ditengah-tengah Sangku Tambak Raja, setelah
berakhir upacara Basarah telur tersebut diambil cairannya dan dioleskan
pada kedua tulang salangka serta dioleskan didahi dan diterima oleh
semua yang ikut Basarah. Maksunya dengan telur yang telah disucikan
tersebut, untuk menyucikan jasmani dan rohani serta menetralisir hal-hal
yang tidak baik dari hati nurani dan pikiran manusia.
12. KAMBANG
Kambang selalu digunakan dlam upacara basarah yang ditempatkan diatas
Sangku Tambak Raja yang maknanya agar laksana bunga yang harum semerbak
akan menerima anugrah yang baik dari Ranying Hatalla Langit. Pada akhir
upacara basarah, bunga tersebut dicampurkan kedalam Tampung Tawar dan
di percikan kepada seluruh peserta basarah.
Bunga yang digunakan untuk upacara basarah hendaknya dipilih yang
berwarna merah, putih dan kuning. Bunga merah melambangkan Raja Tunggal
Sangumang yang melambangkan penciptaan sekaligus lambang keberanian
dalam membela kebenaran demi kedamaian hidup.
Bunga putih melambangkan ketulusan dan kesucian hati, bunga kuning
melambangkan kekuasaan Ranying Hatalla Langit dalam memelihara ciptaanya
serta melambangkan keteguhan hati.
Demikianlah pandehen/dharma wacana ini disampaikan, semoga memberikan
manfaat yang besar bagi kita semua. Sebelumnya saya memohon maaf
apabila saya selama menyampaikan pandehen ini ada kata-kata saya yang
tidak berkenan dihati umat sekalian, semoga Ranying Hatalla Langit
memberikati kita semua ,
Sahiy, Sahiy, sahiy.
Penyampai pandehen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar